BUKU KARYA GURU PENULIS NUSANTAR

Oleh :

MUKLISIN

Rugi sekali rasanya jadi guru tapi gak bisa menulis. Memang ada orang yang pandai berbicara tapi tidak pandai menuangkan idenya dalam tulisan. Sebaliknya ada juga orang yang pandai menulis tapi disuruh bicara tidak bisa.

Jadi guru kalau hanya mengajar bagi saya kok kurang afdhol hidupnya. Terlepas pro dan kontra pendapat saya ini. Kenapa saya ngotot ngomong seperti itu. Karena saya juga baru belajar menulis.

Saya akui kalau tulisan saya masih jauh tertinggal dibanding oleh para senior-senior yg sudah malang melintang di dunia kepenulisan, sebut saja pak Haji Ahmad Syaiku, Pak Mahfud Ally, Pak eko prastyo, pak CEO MGI Mohammad Ihsan, ibu Meria, ibu Nurani ike, dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.

Terus terang saya baru belajar menulis dan memaksakan menulis sejak diajak gabung di kelas Sagusabu 2 Bungo Provinsi Jambi. Awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan acara tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan April 2019 lalu. Saya dipaksa menulis oleh instruktur Sagusabu Nasional Bunda Wiwik Pendongeng Juara 1 Nasional. Waktu 1 bulan itu bagi saya sangat cepat sekali, dan harus selesai naskahnya dan dikirim. Kalau tidak saya dibilang menjadi guru produk gagal. Wah, jadi sedih saya.

Buku Antologi di atas merupakan buku kolaborasi para guru, dosen, praktisi pendidikan yang turut serta mengembangkan literasi di indonesia. Dalam tulisan tersebut berisi kegiatan-kegiatan para guru yang dilakukan dalam rangka ikut serta mengembangkan gerakan literasi dari sabang sampai meraoke. Semua ditulis dengan rapi dan apik oleh para guru.

Saya adalah salah satu bagian guru yang ikut berkontribusi dalam tulisan tersebut, walaupun masih kacau tulisannya. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Haji Ahmad Syaikhu sebagai proklamator, inisiator, dan sekaligus kolektor tulisan dalam buku "Guru Literat". Sukses selalu buat kita semua.

Salam literasi, dari pelosok negeri Muara Bungo Jambi

18 Nov 2019